Thursday, July 22, 2010

Perkataan Empat Huruf

Kadang-kadang saya menulis apa yang terlintas di benak fikiran. Kadang-kadang saya menulis (atau memahat-kukuh) apa yang saya percaya. Kadang-kadang saya hanya sekadar ingin berkongsi pengalaman, kegembiraan atau kenestapaan.

Itu saja.

Tidak pernah pula terkilat walau seketika untuk mencari pengaruh, mengumpul peminat atau menaikkan rasa amarah orang yang membaca tulisan saya. Kalaupun ada provokasi, itu hanyalah sebagai metoda impressionis demi membawa pembaca melihat dari perspektif yang lebih luas atau dari suatu sudut alternatif yang lain.

Saya sering meminta agar pembaca menapis sendiri apa mesej yang ingin saya sampaikan sebelum melakukan sesuatu kesimpulan. Jangan menelan bulat-bulat melalui anak tekak.

Jadi bila ada pembaca yang berimplikasi bahawa tulisan saya mendayai pemikiran pembaca 'bawah umur', terus terang, saya agak tersinggung.

Jaringan sosial seperti Facebook, MySpace dan seumpamanya telah menetapkan umur minima bagi mereka yang ingin menyertai. Pada saya, jika seseorang pengguna bawah umur 'menipu' umur sendiri untuk memiliki akaun jaringan sosial tersebut, itu bukanlah masalah saya. Malah itu sebenarnya masalah ibubapa pengguna itu sendiri yang 'membenarkan' anak-anak bawah umur mereka membarengi kegilaan trend semasa ini.

Kemudian ada yang kurang senang bila saya menyelit beberapa perkataan profaniti di antara bait-bait ayat yang ditulis.

Kalau adapun profaniti yang digunakan, ia disurat mengikut konteks. Sama ada untuk memberi impak terhadap apa yang ditinta atau untuk menjernihkan lagi mesej yang ingin disampaikan.

Bukanlah bermaksud saya menganggap poin tersebut tidak kukuh hingga perlu menyertakan profaniti. Cuma sekadar meletakkan warna-warna bilur terhadapnya.

Saya tidak menulis profaniti sesuka hati. Itupun amatlah jarang-jarang. Saya ada menyelitkan mesej di celah-celah profaniti tersebut.

Tidak pernah pula saya berlebihan menulis; "Woi pantat ayam. Burit. Butuh. Kepala pelir. Puki. Fuck. Motherfucker. Sekian terima kasih. Suck my dick".

Jadi andai ada pembaca yang merasakan tulisan saya memberi pengaruh buruk terhadap anak mereka, bertindaklah seperti ketika anda meluat menonton kegedikan Fasha Sandha di TV9. Ambil remote control dan tukar saja saluran ke TV3!

Kerana tohmahan melulu seperti ini sebenarnya amat saya kesali.

Dan mungkin membuat saya berfikir berjuta kali untuk pulang ke kampung pada Hari Raya ini!

What the fuck lah!

2 comments:

iamzade said...

Dear brother...
You are not a newbie in writing. Nor are you a person who writes because someone or some people asked you too. You are a person who has your own views, your own principles and your own style. So why become melodramatic when someone or some people criticise? So long as you believe in what you write...that's all that matters. "Lain padang lain belalang" so you know that you can't expect everybody to agree with what you write and sometimes I don't, too. But that doesn't mean you should stop writing or expressing what you think and what you feel. You are stronger than this...so keep your chin up. You know have your followers out here.

Asrul Muzaffar Mohammed said...

Zade: Kalau yang komen tu a total stranger, memang I tak kisah. But what if my own siblings yang komplen about that? Leaving open comments for everyone to read that I might 'influence' their kids? What kind of 'Uncle' would that made me? :(